Selasa, 29 Mei 2012

Sejarah Singkat Marga Rimba Asam

Pada Awal abad ke 18 Masehi, Penjajah Kolonial Belanda dan sekutunya membuat strategi untuk kelancaran misinya dalam rangka memeras rakyat, maka dibentuklah suatu pemerintah khusunya di daerah keresidenan Palembang, Di sini banyak terdapat pohon yang besar, rimbun dan merimba berbuah rasanya Masam (Asam). maka dari itu temapt ini di sebut Kampung/ pemukiman yang menjadi cikal bakal sebutan Marga Rimba Asam. pemerintahan marga di pimpin oleh Depati untuk menjalankan roda pemerintahan yang dibantu oleh Pembarab, Juru Tulis, Kario, Penggawa, Pamong Marga dan dalam bidang keagamaan yaitu Bilal Ketip (P3NTCR). setiap dusun dikepalai oleh Kario dibantu oleh Penggawa.
yang dimaksud dengan PAMONG MARGA adalah Dewan Marga atau ada yang menyebutkan DPRnya Marga terdiri dari Ketua, Wakil ketua, Sekretaris dan 7 orang anggota sampai 9 orang, kemudian penghulu setiap marga, P3NTR: 1 Orang setiap dusun. P3NTR dibantu oleh Bilal dan Marbot.
Secara Tetorial Kekuasaan dan batas Marga Rimba Asam.
Sebelah Utara Berbatas dengan Marga Tungkal Ilir dan Marga Penuguan di tengah laut banyuasin.
Sebelah Timur berbatasan Dengan Marga Suak Tape (yang Sekarang menjadi Kec Pemekaran)
Sebelah Selatan berbatasan dengan Marga Rantau Bayur.
Sebelah Barat berbatasan dengan Marga babat Banyuasin dan teluk Kijing.

Setiap marga mempunyai dusun pengandang (Kandang = Pagar),Dusun pengandang Marga Rimba Asam dengan ibu kota Marga yang terletak di Dusun Betung, Antaralain:
1. Dusun Lubuk Karet
2. Dusun Pulau Rajak ( Dulunya Talang Rajak Orang menyebutnya)
3. Dusun Bukit (akan di uraikan di sejarahnya dibawah ini)
4. Dusun Sri Kembang
5. Dusun Muara Betung ( Yang Sekarang menjadi Desa Sumber ibu kota Pulau Rimau)

Pada dasarnya orang asli Betung terkesan kasar perangai (perangi=Sombong), kita lihat dari Filsafat atau tutur kata orang Betung tersebut, seperti:
1. Mancing Ikan tebakang, yang bunyinya Sit......bak......Sit......bak....Sit.....gedebak......, kitika diselek kebelakang besaknye mak pintu puyuh (Dilihat kebelakang seperti pintu sangkar puyuh). dari sini dapat kita maklumi ikan tebakang samapai sekarang tidak pernah makan pancing. jadi orang betung mempunyai integritas yang tinggi.
2. buah durian betung kalau jatuh korapasnya 5 bulan, jatuhnya/buuknya 1 Tahun, dengan arti 5 bulan adalah menjadi putik dan proses buah masak sehingga jatuhnya 1 tahun dengan kata lain durian ini diawetkan menjadi tempoyak dan lempuk, yang bisa disimpan.

Dusun Pengandang Marga Rimba Asam.

Sejarah Desa Bukit

“Bukit” pada zaman itu adalah merupakan sebuah tempat dataran tinggi dimana pertama seorang perantau ( datangan ) bernama Bujang Sukar ( suku sunda ) yang bekerja di sebuah pabrik yang bernama WASNAR pengolahan kelapa sawit milik belanda ( sekarang SPN DODIK ). Pada tahun 1943 mula itulah desa bukit di tempati oleh seseorang bernama bujang sukar yang telah berhenti dari pabrik tempatnya bekerja, setelah beberapa bulan kemudian berdatangan teman/sahabat Bujang Sukar di daerah tersebut. Diantaranya adalah : Ahmad Karnen, pak idi, Kromo wiranu, kalsum, Ahmad Joyo dan warga lainya.
Nama Desa bukit itu diambil dari pertama kalinya seorang bernama Sukar membangun gubuk tempatnya bernaung di dataran yang sangat tinggi, oleh karena itulah hingga sekarang desa tersebut dinamai dengan Desa Bukit. Sebenarnya dataran tinggi yang dinamakan dengan bukit hanya satu tempat saja, tidak dijumpai perbukitan yang tinggi selain bukit yang di huni oleh bujang sukar beserta kawan-kawanya.
Lama perkembangannya setelah Indonesia merdeka maka bertambah pula penduduk disekitar perbukitan itu, karena tingkat pertambahan penduduk yang meningkat dengan perkembangan sosial budaya masyarakat yang semakin tinggi dengan norma kehidupan masyarakat yang diatur berdasarkan tatanan pemerintahan warga, maka Desa bukit telah beberapakali mengalami periode sejarah kepemimpinan sebagai berikut : Pemimpin yang pertama adalah Kalsum yang juga anggota partai PDI pada masa itu, Kalsum memegang tampuk pemerintahan dari tahun 1950 sampai dengan tahun 1971 terhitung masa jabatan 21 tahun, pemerintahan yang kedua adalah dipimpin oleh Turah Darmowasito dan merupakan putra dari bapak Ahmad Karen, dari tahun 1971 sampai dengan tahun 1979, dalam pemerintahanya banyak kinerja yang beliau lakukan diantaranya adalah mengikis daerah yang tergolong dataran tinggi menjadi dataran yang bisa/mudah ditempuh dengan sepeda atau grobak saat itu, seperti misalnya dataran tinggi simpang bukit (sekarang ) tidak terlalu tinggi lagi seperti zaman itu yang konon tingginya hamper seperti mendaki gunung. Selain daripada itu kinerja putra dari bapak Ahmad karnen ini adalah timbulnya nama-nama dusun yang ikut di wilayah desa bukit seperti dusun jatimulyo, dusun karang rejo pada mulanya bernama Aeik seluang (Air Seluanag), dusun Dadi Rejo (dahulu)yang terdapat Danau dua sekarang D2, kemudian dusun kampung baru. Kemudian adanya infrastruktur desa yaitu sekolah SD di desa bukit. Kemudian pada tahun 1979 sampai dengan tahun 1993 di pimpin oleh Bapak Adun Karna seorang pendatang dari suku sunda yang sempat memimpin desa ini sampai 14 tahun berjalan, pada tahun berikutnya desa bukit dipimpin oleh bapak Samhudi Nata Saputra yang memimpin desa bukit dari tahun 1995 sampai dengan 2003, setelah lengser dari kepemimpinannya selama 10 tahun di desa bukit maka kepemimpinan Desa bukit di pegang oleh Bapak Edi Susanto dari tahun 2004 hingga saat ini.

Tidak ada komentar: